Falling down

Minggu, 20 Oktober 2013

Lil Rabbit Love's Story (\__/) ~♥

aaaaa ... udah lama ga ngurusin blog QAQ
jadi murid SMA itu melelahkan :') #curhat ... jadi jarang buka blog deh (engga sama sekali malah kayaknya..wkwk)

yaudah ... daripada bingung mau nulis apa, mendingan aku bikin cerita aja kali yah .. ._.
oukay .. let's start!

- sesi curhat end-

Lil Rabbit Love's Story (?) 


Pada suatu hari, hiduplah seorang putri yang terlihat seperti seekor kelinci kecil di sebuah kerajaan. Orang-orang di kerajaan memanggil putri itu, putri kelinci. Putri itu disukai banyak orang, kebaikan hatinya membuat orang disekitarnya nyaman, dan damai. Begitulah yang dikatakan orang-orang di kerajaan tersebut. Sang putri sendiri tak pernah mengakui hal itu.

Suatu hari, di hari yang cerah sang putri dengan riang berjalan melawati hutan sambil membawa sekeranjang apel, menuju ke padang bunga rahasianya. Ya, ia tak pernah memberitahukan siapa pun tentang padang bunga yang ia temukan saat ia tengah tersesat di hutan dulu.

Sraaak ...... suara semak semak yang ada di pinggir jalan setapak

'apa itu?' pikir sang putri dalam hati. Cemas sesuatu yang buruk akan terjadi, sang putri pun bergegas memastikan apa yang ada di balik semak-semak itu. Matanya terbelalak melihat ada seorang laki-laki yang sedang terjatuh dari kudanya. Tanpa pikir panjang, putri kelinci langsung menghampiri pemuda itu.

"Kamu baik-baik saja?" Ucap sang putri sambil mengulurkan tangannya pada si pemuda. Pemuda itu sesaat terpaku melihat sosok sang putri yang tiba-tiba saja datang menghampirinya. Ia sendiri tidak menyadari ada langkah kaki yang menghampirinya.

"Sepertinya lukamu sangat sakit... mau aku obati?" Ucap sang putri pada pemuda yang masih terpaku melihatnya-atau lebih tepatnya melamun?

Sadar dari lamunanya, pemuda itu berkata "Ah... tidak. Tidak terlalu sakit kok.. Aku baik-baik saja." sambil tersenyum lembut pada sang putri.

Entah apa yang ada di pikiran sang putri, senyuman lembut si pemuda membuat hatinya bergetir (?) - note: kejadian ini atau mungkin bagian ini tidak sama dengan apa yg saya alami [oke, abaikan note ini -_-*] -

Wajah sang putri merona, "eeng... tapi, kalau tidak cepat diobati, lecet di tanganmu akan menjadi infeksi, lho" Lugas sang putri pada si pemuda.

Mendengar ucapan sang putri, si pemuda hanya bisa diam. Dan, sesuai ucapan sang putri, si pemuda merasa lukanya makin terasa sakit.

"yasudah... kalau itu maumu. Tolong ya" Ucap si pemuda lembut pada sang putri. Sang putri tersenyum mendengar jawaban si pemuda, ia pun bergegas mencari dedaunan yang bisa ngobati luka si pemuda. Setelah mengumpulkan beberapa tanaman obat, sang putri segera menumbuk dedaunan itu agar bisa digunakan.

--=--

"selesai!!!" Seru sang putri setelah mengobati luka si pemuda. Melihat tingkah sang putri yang riang (entah riang apa hiperaktif ini-_-) si pemuda tersenyum tipis.

"nyeri di luka hilang.. tanaman obat yang kau berikan manjur" Ucap si pemuda pada sang putri sambil tersenyum ramah.'sepertinya bukan tanaman obatnya yang mengurangi rasa sakitku' ucap si pemuda dalam hati.

"benarkah? syukurlah kalau begitu" Balas sang putri sambil tersenyum pada si pemuda.

"iya... terima kasih ya. Tapi kenapa kau langsung membantuku, padahal kau tidak mengenalku kan?" Tanya si pemuda pada sang putri.

"Iya, ya. Entah lah, aku hanya merasa ingin membantumu. Itu saja,kok." balas sang putri sambil berpikir.

'baik sekali gadis ini .. atau terlalu polos?' ucap si pemuda dalam hati.

"Kalau aku orang jahat bagaimana? apa kau akan tetap membantuku?" Tanya pemuda itu pada sang putri.

Mendengar pertanyaan kedua si pemuda ini, sang putri terdiam sejenak.

"memang benar, bisa saja kau orang jahat ... tapi pada kenyataannya kau bukan orang jahat kan, tuan?" tukas sang putri pada si pemuda sambil tersenyum lugu.

Deg ... si pemuda terpaku mendengar balasan sang putri yang sangat tepat. Dirinya memang bukan orang jahat, namun bagaimana sang putri dapat mengetahuinya sedangkan mereka sama sekali tak mengenal satu sama lain.

"eng .. yah, memang benar aku bukan orang jahat sih.." balas pemuda itu ragu.

Melihat raut muka si pemuda yang heran akan pernyataannya, sang putri segera angkat bicara.

"hihi ... tebakanku benar ya? syukurlah kau bukan orang jahat" ucap sang putri sambil tertawa kecil.

Mendengar balasan sang putri, si pemuda pun tertawa, iya merasa dirinya telah banyak menerka yang tidak-tidak.

"ahaha ... kau benar-benar lugu, gadis manis. Terima kasih atas bantuanmu" ucapnya sambil mengelus kepala sang putri.

Merasa risih dengan elusan si pemuda, sang putri pun menepis tangan pemuda itu. Entah karena malu, atau hal lain, wajah sang putri kembali merona. (wut the heck is this scene !?-_-)

"sa.. sama-sama. Kalau begitu, aku pergi dulu ya... Maaf sudah mengganggumu, tuan." ucap sang putri pada si pemuda. Ia segera melangkahkan kakinya menjauhi pemuda itu.

"Ah ... tunggu!" seru si pemuda melihat langkah sang putri yang sudah menjauh.

Mendengar seruan si pemuda, sang putri pun langsung menoleh kearah si pemuda tadi. Dengan segera sang pemuda berlari kearah sang putri.

"tunggu sebentar... nona" ucap pemuda itu sambil terengah. Pemuda itu langsung menggenggam tangan sang putri. Langkah sang putri pun terhenti, ia menoleh ke arah pemuda itu.

"ii..ya? ada apa, tuan?" tanya sang putri refleks pada pemuda itu.

Pemuda itu terdiam sesaat mendengar pertanyaan sang putri. Ia sendiri bingung, apa yang sedang ia lakukan.

"Ah .. tidak. Oh ya, bagaimana kalau aku melakukan sesuatu sebagai ucapan terima kasihku? rasanya tidak pantas, jika aku tidak membalas perbuatan baikmu."

"Tidak usah... aku ikhlas menolongmu"

Si pemuda tetap menggenggam tangan sang putri, ia melihat sekeranjang apel di tangan kanan sang putri.

"Apa yang hendak kau lakukan sebelum menolongku? Piknik? Sendirian?" ucap si pemuda melihat keranjang yang dipegang sang putri.

"eng.. yah, begitulah. Tapi aku tidak sendiri kok, para binatang kecil sudah menungguku di padang bunga." jelas sang putri pada si pemuda.

Tampak sedang berpikir, si pemuda itu menatap mata sang putri sambil berkata, "Bagaimana kalau aku menemanimu? Kau terlihat kesepian, gadis cantik."

Sang putri tersentak mendengar ucapan si pemuda, ia tak merasa kesepian sama sekali. Di kerajaannya, ia selalu dikelilingi banyak orang. Ia tak pernah merasa kesepian dengan lingkungan yang seperti itu, namun kenapa pemuda itu berkata seperti itu?

"aku tidak kesepian, kok. Di sana aku ditemani  banyak binatang yang lucu." balas sang putri sambil tersenyum.

"tapi wajahmu tidak berkata seperti itu, gadis mungil" ucap si pemuda dengan tatapan sendu sambil menarik lengan sang putri.

Dengan setengah terpaksa, langkah kecil sang putri mengikuti langkah si pemuda. Mereka berjalan menuju padang bunga. Sesampainya mereka disana, para binatang menyambut mereka dengan suka ria. Kelinci-kelinci kecil disana langsung menghampiri sang putri ketika mereka datang. Ada juga yang mengelus-eluskan kepalanya ke kaki sang putri.

"ahaha .. kau terlihat seperti putri bagi mereka." ucap si pemuda sambil tertawa kecil. "putri kelinci" lanjutnya sambil tersenyum melihat sang putri yang dikelilingi banyak kelinci.

Sang putri pun tersipu oleh perkataan si pemuda. Pipinya memerah. Mendadak, ada anak ayam kecil yang datang menghampiri si pemuda, anak ayam itu mengeluskan badannya pada kaki si pemuda itu.

"ah! anak ayam.. lucunya. Mirip sepertimu ya, tuan" ucap sang putri pada si pemuda.

Tak terasa, mereka telah bermain cukup lama dengan para binatang itu. Sudah waktunya untuk sang putri kembali ke istana.

"terima kasih telah menemaniku" ucap sang putri pada si pemuda sambil tersenyum.

"kembali kasih ... kalau kau mau, aku bersedia menemanimu setiap hari bermain disini. bagaimana?" balas si pemuda.

"Benarkah !? Sungguh !?" ucap sang putri tak menyangka akan ucapan si pemuda.

"Benar. Aku berjanji padamu, nona kecil" jelas pemuda itu pada sang putri.

Setelah berjanji seperti itu, sang putri bergegas meninggalkan si pemuda kembali ke istana. Ia berlari kecil agar cepat sampai ke rumahnya.

Seperti apa yang ia katakan, pemuda itu pun menepati janjinya. Setiap hari, pemuda itu menunggu sang putri di padang bunga untuk bermain bersama para binatang. Tak terasa sudah berapa lama sejak mereka pertama kali bertemu, sudah kesekian kalinya mereka bermain bersama. Sampai pada akhirnya si pemuda mengatakan hal yang sedikit mengejutkan sang putri.

"Putri... ada yang harus kukatakan padamu." ucap si pemuda serius

"Ya? Apa yang ingin kau bicarakan, tuan?" balas sang putri.

"Aku.. selama ini, bahkan sejak pertama kali kita bertemu .. suka padamu. Tidak hanya itu, aku sayang padamu, putri." jelas si pemuda pada sang putri.

Mendengar ungkapan si pemuda, sang putri sangat terkejut. Ia bahkan tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun untuk membalas ucapan si pemuda. Wajahnya sedikit memerah. Sang putri pun terdiam.

"Putri? katakanlah sesuatu ... " ucap si pemuda cemas. Walaupun begitu sang putri tetap terdiam, ia tak tahu harus mengatakan apa.

"Jangan seperti ini, katakanlah sesuatu .. putri" pinta pemuda itu lagi.

Sang putri mulai melangkah mundur, entah apa yang ada dipikirannya sekarang. Ia bingung, apa yang harus ia katakan pada si pemuda.

"Putri.. kumohon, jangan menjauh dariku. Aku sangat sayang padamu, aku ingin kita tetap bersama seperti ini." ucap sang pemuda.

Sang putri menatap si pemuda ragu. Ia tidak yakin akan perasaannya, akan apa yang ia rasakan. Ia juga tidak ingin berpisah dengan pemuda itu.

"Aku tidak memaksamu untuk menjawab persaanku, putri. Tapi tetaplah bersamaku, aku tak ingin jauh darimu" ucap pemuda itu sambil tersenyum sendu pada sang putri. Ia mulai melangkah menjauhi yang putri, ia sadar pasti sang putri membutuhkan waktu untuk berpikir. Pemuda itu memutuskan untuk membiarkan putri mengambil keputusannya, ia hendak pergi dari padang bunga itu.

"Tunggu dulu!" teriak sang putri dari kejauhan. Mendengar teriakkan sang putri, si pemuda pun menengok.

"Aku... juga tidak ingin berpisah darimu! Aku ingin terus bersamamu." jelas sang putri pada si pemuda itu.

"baiklah, putri! Aku pasti akan selalu melindungimu." ucap si pemuda lembut pada sang putri

--=--

Beberapa lama kemudian, hubungan si pemuda dan sang putri makin erat. Mereka makin saling menyayangi satu sama lain. Banyak hal yang telah mereka lalui bersama, baik itu hal yang menyenangkan maupun menyedihkan. Apapun masalahnya, mereka selalu mengahadapinya bersama-sama.

Kepercayaan. Hal itulah yang membuat mereka saling menyayangi satu sama lain, mengahadapi semuanya bersama-sama. Hal ini yang terus mereka bangun sejak hari itu. Sangat menyenangkan rasanya. Sampai pada akhirnya, sesuatu mengubah hal ini. 

Suatu hari, si pemuda dan sang putri tengah berjalan di tengah hutan. Mereka melakukan hal yang biasa mereka lakukan, berkelana di hutan, mencari sesuatu yang dapat mereka lakukan bersama. Tiba-tiba saja sang putri merasakan ada hawa buruk di sekitar mereka. 

Terlihat kecemasan di wajah sang putri, namun tidak seperti biasanya, si pemuda tidak menyadari hal ini. Kecemasan sang putri pun bertambah mengetahui hal ini. 

Tak lama kemudian, tiba-tiba saja sang pemuda itu terdiam. Sang putri yang bingung mencoba mendekati si pemuda yang tediam. Ia mulai mendekatkan wajahnya pada pemuda itu. Dan...

Entah apa yang ada dipikiran si pemuda itu atau ada sesuatu yang merasukinya, tiba-tiba saja pemuda itu mencekik leher sang putri. Sang putri pun tersentak, ia kaget melihat apa yang dilakukan si pemuda.

Sang putri mulai kehabisan napasnya, ia mencoba mengambil napas sambil mencoba melepaskan diri dari si pemuda. Agak memakan waktu, namun setelah berjuang keras akhirnya sang putri dapat melapaskan diri dari si pemuda.

"akh! apa yang kau lakukan !?" tanya sang putri dengan suara gemetar pada si pemuda.

Pemuda itu tak mengucapkan sepatah kata pun. Ia terdiam, tak lama kemudian ada airmata yang jatuh di pipinya. Ia menangis. Mungkin telah tersadar, ia menyesali apa yang telah ia perbuat pada sang putri. Ia menangis tersedu-sedu.

Sang putri tak bisa bergerak, ia terlalu takut, bahkan untuk mengucapkan sesuatu ia terlalu takut. Takut si pemuda akan melakukan sesuatu lagi padanya. 

"Maafkan aku" ucap si pemuda lemah pada sang putri. Ia berkali kali mengucapkan hal yang sama pada sang putri, namun sang putri diam saja. 

"Maafkan aku. Seharusnya aku melindungimu.. aku gagal .. maafkan aku" ucap si pemuda itu lagi sambil menangis.

"Aku gagal ... maafkan aku.. tak seharusnya aku berbuat begitu padamu... aku sudah tidak layak lagi bagimu, putri." lanjutnya .

Sang putri yang tidak tega melihat si pemuda mencoba mengumpulkan keberaniannya. Ia mencoba untuk berbicara pada si pemuda itu. Ia juga masih sangat sayang padanya. Tak mau melepaskannnya.

"Tidak .. jangan berbicara seperti itu." ucap sang putri singkat pada si pemuda .

"Tapi, putri! aku sendiri tidak sadar akan apa yang telah aku lakukan padamu.. Maafkan aku ." jelas si pemuda dengan nada marah. Marah pada dirinya sendiri.

"Iya, aku tau itu" balas sang putri singkat. "Kendalikanlah dirimu, sayang. Mungkin, itu bukan dirimu yang menyerangku. Karena itulah, kita kembali dari awal saja. Lupakan lah kejadian tadi." lanjut sang putri.

Walaupun kepercayaan sang putri pada si pemuda sudah agak menghilang, namun rasa sayang untuk pemuda itu tak pernah berkurang. Ia memutuskan untuk memberi pemuda itu kesempatan kedua. Memberinya kesempatan untuk membangun kembali kepercayaan yang sudah runtuh itu. Walaupun terlihat mustahil, tapi pemuda itu memutuskan itu mencoba apa yang sang putri minta. Ia sebenarnya tidak mau melepas sang putri. Namun, dirinya sudah tak layak lagi bagi sang putri. 

'kau terlalu baik, putri' Ucap si pemuda dalam hati.

"Baiklah... kalau itu maumu. Aku akan melakukan apa pun untukmu, putri. Maafkan aku tidak dapat menepati janjiku padamu yang sebelumnya. Namun... kali ini, aku berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi dan selalu membahagiakanmu." jelas pemuda itu pada sang putri.

Sang putri pun tersenyum mendengar ucapan si pemuda. Ia hanya bisa berharap pemuda itu dapat memenuhi janjinya.




TAMAT. (or to be continued? idk) 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar